Entri Populer

Minggu, 23 Maret 2014

Berpikir Induktif

Berpikir Induktif
Pikiran adalah gagasan dan proses mental. Berpikir memungkinkan seseorang untuk merepresentasikan dunia sebagai model dan memberikan perlakuan terhadapnya secara efektif sesuai dengan tujuan, rencana, dan keinginan.
Induktif
Induktif adalah salah satu metode berpikir, induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum. Hukum yang disimpulkan difenomena yang diselidiki berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diteliti.

Definisi Berpikir Induktif
Berpikir induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum. Hukum yang disimpulkan difenomena yang diselidiki berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diteliti. Generalisasi adalah bentuk dari metode berpikir induktif.
Untuk berpikir induktif dalam bidang ilmiah yang bertitik tolak dari sejumlah hal khusus untuk sampai pada suatu rumusan umum sebagai hukum ilmiah, menurut Herbert L. Searles (Tim Dosen Filsafat Ilmu, 1996 : 91-92), diperlukan proses penalaran sebagai berikut :
1. Langkah pertama adalah mengumpulkan fakta-fakta khusus.
2. Langkah kedua adalah perumusan hipotesis.
3. Langkah ketiga adalah mengadakan verifikasi.
4. Langkah keempat adalah perumusan teori dan hukum ilmiah berdasarkan hasil verifikasi.
www.id.wikipedia.org diakses pada waktu 22.20 tanggal 22/04/2013

BERFIKIR DEDUKTIF

BERFIKIR DEDUKTIF

Deduksi berasal dari bahasa Inggris deduction yang berarti penarikan kesimpulan dari keadaan-keadaan yang umum, menemukan yang khusus dari yang umum. Deduksi adalah cara berpikir yang di tangkap atau di ambil dari pernyataan yang bersifat umum lalu ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola berpikir yang dinamakan silogismus.Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.
a.      Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari dua proposisi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan).

b.    Jenis-jenis Silogisme
1.        Silogisme Kategorial
2.        Silogisme Hipotetik
3.        Silogisme Alternatif
4.        Entimen
5.        Silogisme Disjungtif

Silogisme Kategorial
Silogisme kategorial adalah silogisme yang semua proposisinya merupakan kategorial. Proposisi yang mendukung silogisme disebut dengan premis yang kemudian dapat dibedakan menjadi premis mayor (premis yang termnya menjadi predikat), dan premis minor ( premis yang termnya menjadi subjek). Yang menghubungkan di antara kedua premis tersebut adalah term penengah (middle term). Contoh:
Semua tumbuhan membutuhkan air. (Premis Mayor/ Premis Umum)
Akasia adalah tumbuhan (Premis Minor / Premis Khusus).
Akasia membutuhkan air (Konklusi / Kesimpulan

Silogisme Hipotetik 
Silogisme hipotetik adalah argumen yang premis mayornya berupa proposisi hipotetik, sedangkan premis minornya adalah proposisi katagorik. Contoh:
Jika hujan saya naik becak.(mayor)
Sekarang hujan.(minor)
Saya naik becak (konklusi)

Silogisme Alternatif 
Silogisme alternatif adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Kesimpulannya akan menolak alternatif yang lain. Contoh:
Nenek Sumi berada di Bandung atau Bogor.
Nenek Sumi berada di Bandung.
Jadi, Nenek Sumi tidak berada di Bogor.

Entimen
Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun lisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan kesimpulan. Contoh entimen:
Dia menerima hadiah pertama karena dia telah menang dalam sayembara itu.
Anda telah memenangkan sayembara ini, karena itu Anda berhak menerima hadiahnya.

Silogisme Disjungtif
Silogisme disjungtif adalah silogisme yang premis mayornya merupakan keputusan disyungtif sedangkan premis minornya bersifat kategorik yang mengakui atau mengingkari salah satu alternatif yang disebut oleh premis mayor. Seperti pada silogisme hipotetik istilah premis mayor dan premis minor adalah secara analog bukan yang semestinya. Contoh:
Heri jujur atau berbohong.(premis1)
Ternyata Heri berbohong.(premis2)
Ia tidak jujur (konklusi).
SUMBER :
http://id.wikipedia.org/wiki/Penalaran
http://id.wikipedia.org/wiki/Silogisme


PENALARAN

PENALARAN

PENDAHULUAN
Ø  Latar Belakang

Penalaran merupakan suatu proses cara berfikir seseorang, yang biasa nya berhubungan dengan logika. Penalaran  dan pemecahan masalah  biasanya berhubungan dengan topik –topik yang sangat erat hubungan nya dengan cara berfikir seseorang.Dalam menarik pada suatu kesimpulan,dan mengevaluasi apakah kesimpulan tersbut itu benar atua salah  merupakan suatu titik berat pada penalaran. Sehingga pada makalah ini penulis akan membahas tentang penyimpulan penalaran tersebut dengan proporsi, implikasi,ineferensi, dan bagaimana menguji ndata dan fakta.

Ø  Rumusan Masalah
1.      Apakah yang dimaksud dengan penalaran ?
2.      Apakah yang dimaksud dengan proporsi ?
3.      Apakah yang dimaksud dengan inferensi dan implikasi?
4.      Apakah yang dimaksud dengan wujud efidensi?
5.      Bagaimana cara menguji data, faktadan autoritas dengan baik dan benar?

Ø  Tujuan
Agar dapat memahami penalaran dan proporsi, serta inferensi dan implikasi, dan agar mengetahui cara menguji data, fakta dan otoritas dengan baik dan benar.







PEMABAHASAN

·      Penalaran
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak belakang dari pengamatan indera (pengamatan empiric) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proporsi-proporsi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proporsi yang diketahui atau di anggap benar, orang  menyimpulkan sebuah proporsibaru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses ini lah yang disebut menalar.

·      Proporsi
Proporsi adalah “pernyataan dalam bentuk kalimat yang memiliki arti penuh, serta mempunyai nilai benar atau salah, dan tidak boleh kedua-duanya”. Maksud kedua-duanya ini adalah dalam suatu kalimat proporsi standar tidakboleh mengandung 2 pernyataan benar dan salah sekaligus.
4 kriteria Proporsi :
1)      Berdasarkan bentuk
2)      Berdasarkan sifat
3)      Berdasarkan kualitas
4)      Berdasarkan kuantitas

·      Inferensi dan Implikasi
Inferensi merupakan suatu proses untuk menghasilkan informasi dari fakta yang diketahui. Inferensi adalah konklusi logis atau implikasi berdasarkan informasi yang tersedia. Dalam system pakar, proses inferensi dilakukan dalam suatu modul yang disebut inference engine. Sedangkan implikasi artinya akibat, seandainya dikaitkan dengan konteks bahasa hukum, misalnya implikasi hukum nya, berarti akibat hukum yang akan terjadi berdasarkan suatu peristiwa hukum yang terjadi.

Metode inferensi adalah mekanisme berfikir dan pola-pola penalaran yang digunakan untuk mencapai suatu kesimpulan. Metode ini akan menganalisa masalah tertentu dan selanjutnya akan mencari jawaban atau kesimpulan yang baik. Penalaran dimulai dengan mencocokan kaidah-kaidah dalam basis pengetahuan dengan fakta-fakta yang ada.
·      Wujud Efidensi
Evidensi merupakan semua fakta yang ada ,semua kesaksian, semua informasi, atau autoritas yang dihubungkan untuk membuktikan suatu kebenaran. Fakta dalam kedudukan sebagai evidensi tidak boleh digabung dengan apa yang dikenal sebagai pernyataan atau penegasan. Dalam wujud yang paling rendah evidensi itu berbentuk data atau informasi. Yang dimaksud dengan data atau informasi adalah bahan keterangan yang diperoleh dari suatu sumber tertentu.

·      Cara menguji data
Cara menguji data adalah informasi yang terdapat pada sebuah data yang memiliki fakta serta hasil yang akurat, sehingga diperlukan adanya pengujian dan cara-cara untuk digunakan secara evidensi, seperti observasi, kesaksian atau keterangan dari sumbernya dan autoritas.

·         Cara menguji fakta
Untuk menetapkan apakah data atau informasi yang kita peroleh itu merupakan fakta, maka harus diadakan penilaian.penilaian tersebut baru merupakan penilain tingkat pertama untuk mendapatkan keyakinan bahwa semua bahan itu adalah fakta, sesudah itu pengarang atau penulis harus mengadakan penilaian tingkat kedua yaitu dari semua fakta tersebut dapat digunakan sehingga benar-benar memperkuat kesimpulan yang akan diambil. Cara menguji fakta :
1.      Konsistensi
Konsistensi suatu informasi bisa jadi tolak ukur yang baik untuk menentukan informasi itu merupakan fakta atau bukan. Dalam hal ini data atau informasi yang bisa kita anggap sebagai fakta ialah ketika tiap data yang diberikan saling mendukung. Dari beberapa data yang kita terima tidak ada yang saling bertentangan dan saling melemahkan data yang lain. Tentu saja kalau banyak pertentangan akan membuat kumpulan data tersebut semakin tidak valid. Saya memperoleh materi ini dari suatu buku yang saya pinjem dan setelah dipelajari saya ingin memberi contoh dari data yang kurang valid: Saya pergi ke pasar untuk membeli ikan. Pada hari itu saya sedang sakit parah karena masuk angin. Itulah contoh yang saya bisa buat. Kalau ada yang keliru mohon dibenarkan(komentar di artikel ini). Contoh diatas terdiri dari 2 pernyataan "Saya pergi ke pasar untuk membeli ikan" dan juga "Pada hari itu saya sedang sakit parah karena masuk angin". Dalam contoh itu dapat langsung kita pahami bahwa informasi yang kedua melemahkan informasi yang pertama. Ini membuat penerima informasi menjadi ragu bahwa ini sebuah fakta.

2.      Koherensi
Untuk mengetahui suatu infromasi ialah suatu fakta kamu perlu menggunakan dasar koherensi. Yang dimaksud dengan dasar koherensi ialah bagaimana data atau infromasi tersebut sesuai dengan pengalaman manusia pada umumnya. Kalau informasi yang diterima sama sekali jarang terjadi atau kejadian yang tidak masuk akal tentu saja informasi tersebut diragunakan kebenarannya. Contoh yang sangat sederhana ketika seseorang mengaku bertemu dengan monster atau makhluk luar angkasa akan sangat sulis sekali untuk dipercaya sebagai suatu fakta. Sebaliknya apabila ada informasi seperti ini "Terjadi pembunuhan di kebun teh kemarin malam" informasi ini tentu bisa lebih diterima. Oleh karena itu ada baiknya jika ingin menyampaikan suatu fakta disertai oleh contoh nyata pengalaman yang dialami masyarakat umum.

·           Cara menilai otoritas
Metode ini digunakan untuk menguasai ilmu pengetahuan jika metode pengalaman tidak dapat digunakan secara efektif. Cara lain dengan bertanya atau menggunakan pengalaman orang lain. Seorang mahasiswa tidak perlu pergi ke bulan untuk mengetahuitentang keadaan dan situasi bulan. Mereka dapat bertanya pada dosennya atau orang yangmempunyai pengalaman dalam bidangnya.


PENUTUP
Kesimpulan
Penalaran adalah proses berfikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empiric) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Penalaran merupakan suatu proses cara berfikir seseorang, yang biasanya berhubungan dengan logika, kosep dan pengertian. Dalam penalaran itu juga dikenal proporsi sebagai proses penyimpulan yang terdiri daridasar penyimpulan (premis) dan hasil kesimpulan (konklusi)

DAFTAR PUSTAKA



KARANGAN ILMIAH

KARANGAN ILMIAH

PENDAHULUAN
              I.Latar Belakang
Karangan sudah merupakan hal yang umum terdengar di telinga kita masing-masing terutama para pelajar di berbagai tingkatan. Karangan sendiri dibagi menjadi beberapa jenis, antara lain karangan non ilmiah dan karangan ilmiah. Di tingkat pendidikan yang lebih tinggi seperti universitas, karangan ilmiah sudah menjadi bahan pertimbangan untuk kelulusan maupun penilaian. Karangan ilmiah dalam arti umum merupakan karya tulis yang menyajikan gagasan, deskripsi, atau pemecahan masalah secara sistematis disajikan secara objektif dan jujur dengan menggunakan bahasa yang baku serta didukung oleh fakta dan teori, atau bukti-bukti empirik. Dalam karangan ilmiah juga memiliki ciri-ciri serta jenis-jenis yang berbeda dari karangan pada umumnya.
             II.Rumusan Masalah
·         Apa pengertian dan sifat karangan ?
·         Apa saja macam-macam jenis karangan ?
·         Apa ciri-ciri karangan ilmiah dan non ilmiah ?
·         Apa ciri-ciri karangan ilmiah populer ?

            III.Tujuan
·         Mengetahui pengertian dan sifat karangan.
·         Mengetahui macam-macam jenis karangan.
·         Mengetahui ciri-ciri karangan ilmiah dan non ilmiah.
·         Mengetahui ciri-ciri karangan ilmiah populer.

PEMBAHASAN
*      Pengertian karangan
Pengertian karangan menurut Prof. DR. Gorys adalah suatu rencana kerja yang memuat garis-garis besar dari suatu karangan yang digarap. Sedangkan menurut Eko Susilo, M. 1995:11 karangan atau tulisan yang diperoleh sesuai sifat keilmuan yang didasarkan oleh hasil pengamatan, peninjauan, penelitian, yang disusun menurut metode tertentu dengan sistematika penulisan yang dapat dipertanggung jawabkan kebenaran ilmiahnya.
Manfaat karangan :
1.      Untuk menyusun karangan secara teratur
2.      Memudahkan penulis menciptakan klimaks yang berbeda-beda
3.      Menghindari penggarapan sebuah topik sampai dua kali atau lebih
4.      Memudahkan penulis untuk mencari materi pembantu
Dengan penyusutan ini pembaca akan melihat wujud, gagasan, struktur, serta nilai umum dari karangan itu. Kerangka karangan merupakan miniatur atau prototipe dari sebuah karangan. Dalam bentuk miniatur ini karangan tersebut dapat diteliti, dianalisa, dan dipertimbangkan secara menyeluruh, bukan secara terlepas-lepas. Dengan demikian : tesis atau pengungkapan maksud = kerangka karangan = karangan = ringkasan.
Tujuan dari pembuatan karangan ilmiah, antara lain :
·         Memberi penjelasan
·         Memberi komentar atau penilaian
·         Memberi saran
·         Menyampaikan sanggahan
·         Membuktikan hipotesa
*      Macam-macam karangan
Macam-macam karangan tergantung dari dua prameter yaitu :
1)      Berdasarkan sifat perinciannya :
Berdasarkan perincian yang dilakukan pada suatu karangan, maka dapat dibedakan karangan sementara (non-formal), dan karangan formal.
A.    Kerangka karangan sementara, merupakan suatu alat bantu, sebuah penuntun bagi suatu tulisan yang terarah. Sekaligus menjadi dasar untuk penelitian guna mengandakan perombakan-perombakan yang dianggap perlu. Karena karangan ini hanya bersifat sementara, maka tidak perlu disusum secara terperinci. Tetapi dalam sebuah kerangka karangan, harus memungkinkan pengarangnya menggarap
persoalannya secara dinamis, sehingga perhatian harus dicurahkan sepenuhnya pada penyusunan kalimat-kalimat, alinea-alinea atau bagian-bagian tanpa mempersoalkan lagi bagaimana susunan karangannya.

B.     Kerangka karangan formal, merupakan karangan yang bersifat formal biasanya timbul dari pertimbangan bahwa topik yang akan digarap bersifat kompleks, atau suatu topik yang sederhana tetapi penulis tidak bermaksud untuk segera menggarapnya. Namun karena pada saat menulis kerangka karangan itu muncul banyak gagasan yang jelas mengenai tesis tadi, maka penulis ingin mencatat semua gagasan yang timbul pada saat itu dalam suatu kerangka yang sangat terperinci. Maka dari perincian yang sekian banyak, sebuah kerangka karangan dapat mencapai lima atau enam tingkat perincian. Suatu tesis yang diperinci minimal atas tiga tingkat perincian sudah dapat disebut kerangka formal.

2)      Berdasarkan perumusan teksnya
Sesuai dengan cara merumuskan teks dalam tiap unit dalam sebuah kerangka karangan, maka dapat dibedakan kerangka karangan atas kerangka karangan kalimat dan kerangka karangan topik
a)      Kerangka kalimat
Kerangka kalimat yang mempergunakan kalimat berita yang lengkap untuk merumuskan tiap unit, baik untuk merumuskan tesis maupun untuk merumuskan unit-unit utama dan unit-unit bawahannya. Perumusan tesis dapat mempergunakan kalimat majemuk bertingkat, sebaliknya untuk merumuskan tiap unit hanya boleh mempergunakan kalimat tunggal.

b)      Kerangka topik
Kerangka topik dimulai dengan perumusan tesis dalam sebuah kalimat yang lengkap. Sesudah itu semua pokok, baik pokok-pokok utama maupun pokok-pokok bawahan, dirumuskan dengan mancantumkan topiknya saja, dengan tidak mempergunakan kalimat yang lengkap. Kerangka topik dirumuskan dengan mempergunakan kata atau frasa. Oleh karena itu kerangka topik tidak begitu jelas dan cermat seperti kerangka kalimat. Kerangka topik manfaatnya kurang bila dibandingkan dengan kerangka kalimat, terutama jika tenggang waktu antara perencanaan kerangka karangan itu dengan penggarapannya cukup lama.

*      Sifat karangan
1.      Lugas dan tidak emosional
2.      Mempunyai satu arti, sehingga tidak ada tafsiran sendiri-sendiri (interprestasi yang lain).
3.      Logis
disusun berdasarkan urutan yang konsisten.
4.      Efektif
satu kebulatan pikiran, ada penekanan dan pengembagan.
5.      Efisien
hanya mempergunakan kata atau kalimat yang penting dan mudah dipahami

*      Bentuk karangan
                               I.            Narasi
Karangan yang menyampaikan suatu peristiwa, yang dapat secara fakta dalam penyampaian atau secara imajinasi atau fiksi didalam karangan tersebut.

                            II.            Deskripsi
Karangan yang menyampaikan dengan cara menceritakan suatu tempat, situasi, orang, barang atau benda, sehingga pembaca dapat merasakan arti dan maksud dari karangan penulisnya.

                         III.            Eksposisi
Karangan yang menjelaskan secara terperinci dari pokok pikiran karangan, sehingga mempermudah pengetahuan yang diterima oleh pembaca. Seperti gambar, grafik, ilustrasi, dan lain-lain. Yang umumnya berbentuk prosa.

                         IV.            Argumentasi
Karangan yang memberikan penjelasan serta alasan yang jelas disertai bukti yang kuat dalam sebuah karangan.

                            V.            Persuasi
Karangan yang berisi ajakan kepada pembaca yang disertai penyampaian  alasan, contoh, dan bukti untuk menyakinkan pembaca untuk bersedia melaksanakan ajakan tersebut, pada umumnya karangan ini berbentuk prosa.

*      Ciri-ciri karangan ilmiah
1.      Struktur Sajian
Struktur sajian karya ilmiah sangat ketat, biasanya terdiri dari bagian awal (pendahuluan), bagian inti (pokok pembahasan), dan bagian penutup. Bagian awal merupakan pengantar ke bagian inti, sedangkan inti merupakan sajian gagasan pokok yang ingin disampaikan yang dapat terdiri dari beberapa bab atau subtopik. Bagian penutup merupakan kesimpulan pokok pembahasan serta rekomendasi penulis tentang tindak lanjut gagasan tersebut.
2.      Komponen dan Substansi
Komponen karya ilmiah bervariasi sesuai dengan jenisnya, namun semua karya ilmiah mengandung pendahuluan, bagian inti, penutup, dan daftar pustaka. Artikel ilmiah yang dimuat dalam jurnal mempersyaratkan adanya abstrak.
3.      Sikap Penulis
Sikap penulis dalam karya ilmiah adalah objektif, yang disampaikan dengan menggunakan gaya bahasa impersonal, dengan banyak menggunakan bentuk pasif, tanpa menggunakan kata ganti orang pertama atau kedua.
4.      Penggunaan Bahasa
Bahasa yang digunakan dalam karya ilmiah adalah bahasa baku yang tercermin dari pilihan kata atau istilah, dan kalimat-kalimat yang efektif dengan struktur yang baku.
*      Ciri-ciri karangan non-ilmiah
a.       Ditulis berdasarkan fakta pribadi,
b.      Fakta yang disimpulkan subyektif,
c.       Gaya bahasa konotatif dan populer,
d.      Tidak memuat hipotesis,
e.       Penyajian dibarengi dengan sejarah,
f.       Bersifat imajinatif,
g.      Situasi didramatisir,
h.      Bersifat persuasif,
i.        Tanpa dukungan bukti,
Jenis-jenis yang termasuk karya non-ilmiah adalah dongeng, cerpen, novel, drama, dan roman.
*      Ciri-ciri karangan ilmiah populer
Karya ilmiah populer merupakan karangan yang berada di antara karya ilmiah dan karya nonilmiah. Dalam karya ilmiah, baik isi maupun teknik penulisannya harus mengikuti ketentuan yang berlaku secara ketat. Dalam karya nonilmiah, terutama karya sastra, baik isi maupun teknik penulisannya (bahasa) bebas. Karena karya ilmiah populer berada di tengah-tengah keduanya, maka kita bisa mendefinisikannya sebagai karangan yang isinya ilmiah tetapi teknik penulisannya tidak mengikuti kaidah yang berlaku. Jika disempitkan kaitannya dengan penggunaan bahasa, maka dapat dijelaskan bahwa karya ilmiah itu menggunakan ragam bahasa ilmiah, sedangkan karya ilmiah populer tidak. Dalam penulisan karya ilmiah menggunakan ragam ilmiah, inilah bedanya dengan karya ilmiah populer. Karya ilmiah populer justru lebih banyak menggunakan ragam jurnalistik atau ragam sastra.
Ragam jurnalistik adalah ragam bahasa yang dipakai  dalam dunia jurnalistik. Karena fungsi  media massa sebagai media informasi, kontrol sosial, alat pendidikan, dan alat penghibur, maka ragam bahasa jurnalistik setidaknya harus mempunyai ciri komunikatif, sederhana, dinamis, dan demokratis.
Komunikatif
v  Ciri Komunikatif berarti mudah dipahami dan tidak menimbulkan salah tafsir kalau  dibaca. Ciri ini merupakan ciri utama bahasa jurnalistik karena fungsi utama media massa memang memberikan informasi. Dikatakan ciri utama karena ciri-ciri yang lain harus mengacu pada ciri komunikatif.


Sederhana
v  Ciri  sederhana berarti tidak menggunakan kata-kata yang bersifat teknis dan tidak menggunakan kalimat yang berbelit-belit atau berbunga-bunga. Apabila memang diperlukan, kata-kata teknis harus diikuti penjelasan maknanya.
Dinamis
v  Ciri dinamis berarti bahasa jurnalistik harus menggunakan kata-kata yang hidup di tengah-tengah masyarakat. Kata-kata yang tidak lazim atau kata-kata yang sangat asing seyogyanya tidak dipergunakan.
Demokratis
v  Ciri demokratis berarti mengikuti konsensus umum dan tidak menghidupkan kembali feodalisme. Kata  bujang, misalnya, dalam bahasa Indonesia mempunyai makna seorang laki-laki yang belum menikah.
v  Bentuk karya ilmiah populer antara lain artikel, esai, dan feature. Dilihat dari bahasanya, biasanya artikel menggunakan bahasa jurnalistik, esai menggunakan bahasa sastra, dan feature menggunakan keduanya, bergantung kepada jenis featurenya. Feature pengetahuan banyak menggunakan ragam jurnalistik, namun feature human interest lebih banyak menggunakan ragam sastra.
v  Dan dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa dari ketiga karya ilmiah tersebut memiliki perbedaan. Perbedaan-perbedaan yang dimaksud dapat dicermati dari beberapa aspek. Pertama, karya ilmiah harus merupakan pembahasan suatu hasil penelitian (faktual objektif). Faktual objektif adalah adanya kesesuaian antara fakta dan objek yang diteliti. Kesesuaian ini harus dibuktikan dengan pengamatan atau empiri.Kedua, karya ilmiah bersifat metodis dan sistematis. Artinya, dalam pembahasan masalah digunakan metode atau cara-cara tertentu dengan langkah-langkah yang teratur dan terkontrol melalui proses pengidentifikasian masalah dan penentuan strategi. 

v  Ketiga, dalam pembahasannya, tulisan ilmiah menggunakan ragam bahasa ilmiah. Dengan kata lain, ia ditulis dengan menggunakan kode etik penulisan karya ilmiah. Perbedaan-perbedaan inilah yang dijadikan dasar para ahli bahasa dalam melakukan pengklasifikasian. Sedangkan perbedaan karya ilmiah dengan karya ilmiah popular, adanya perbedaan penggunaan bahasa, terlihat bahwa bahasa karya ilmiah populer lebih mudah dipahami, lebih cair, dan lebih enak dibaca jika dibandingkan dengan bahasa yang biasa digunakan dalam laporan penelitian atau artikel ilmiah.

Sumber :
menuliskarangan.blogspot.com/2012/09/macam-macam-bentuk-karangan.html